Chapter 01 - Tragedi Apollo dan Keputusan Mirabel

11:29:00 PM
Chapter 1 - Tragedi di Gedung Apollo dan keputusan Mirabel


Part 1

-Don! Don...! Don!

Matahari baru saja terbit tapi Ash yang menghabiskan malam tanpa tidur terbangun oleh suara ketukan yang keras.

"Apa yang terjadi....?"

Dia mengambil jam tangan silver di sisi bantalnya dan melihat bahwa sekarang baru jam 6:30.

Setelah ia marah kemudian melihat jendela, ia terbelalak.

-Don! Don ... DODODODODODO!"

Ia khawatir kaca itu bisa pecah.

"Mengapa naga bisa datang ke kamarku!? Mungkinkah serangan Necromancia lainnya!?"

Jadi akhirnya Kekaisaran menunjukkan wajah asli mereka dan mulai menyerang? Ash mencoba untuk meninggalkan tempat tidur tapi ia dihentikan.

"Zzz..."

Eco berguling dan memeluk Ash.

Rambut Eco menyentuh bahunya dan lengan Eco berada di sekitar punggungnya.

Dan juga wajah lembut yang berada di dadanya.

-Mmm...

Ash terkejut dengan gigitan tiba-tiba.

"Hei, Eco... Tolong jangan menggigit di situ."

Baru-baru ini, kebiasaannya menggigit sudah berkurang tapi ia masih belum menyingkirkan kebiasaan naga mudanya. Selain itu, ia menggigit titik sensitif Ash yang menggangunya.

Pada saat itu, ada celah di jendela.

"Ini buruk... Sekarang bukan saat yang tepat membiarkan dia terus menggigit."

Ash mengangkat Eco dan meninggalkan tempat tidur bersama-sama. Hal selanjutnya yang ia tahu, kaca hancur berkeping-keping.

Ia berhasil menghindari pecahan kasa pada saat terakhir.

Pada saat yang sama, ada dua naga yang mencoba untuk menyelipkan kepala mereka melalui jendela. Sisik keras mereka melindungi mereka dari pecahan kaca yang tajam.

Melihat mereka lebih dekat, Ash menyadari bahwa salah satu mereka adalah Maestro sementara yang lain adalah Hydra. Setelah mengetahui bahwa ia tidak diserang oleh Necromancia, Ash bernapas lega.

"Pagi, Ash!"

"Selamat pagi, Ash-sama!"

Akhirnya, ia bisa melihat wajah kedua pengendara.

Mereka adalah Lucca si sekertaris OSIS dan Jessica dari Bagian Umum. Tepat di samping mereka adalah Maestro Gawain dan Rhiannon Hydra.

Ash mulai protes setelah ia menempatkan Eco yang masih tertidur di tempat tidur.

"Lucca! Jessica! Apa yang kalian berdua lakukan?"

Sejak Ash menyelamatkan Gawain yang berada dalam bahaya kematian, Lucca secara emosional melekat pada Ash. Di Akademi Pengendara Naga, sebagian besar gadis-gadis adalah tipe yang agresif, agak langka melihat seseorang seperti Lucca menjadi agresif. Keindahan yang hanya dimiliki Eckbald keluar dari dunia ini.

Ash sedikit terkejut melihat Lucca bertindak gegabah. Mungkin ia di pengaruhi oleh Jessica.

"Ash... Saya berharap bahwa anda akan datang dengan saya ke desa Eckbald. Saya akan memperkenalkan anda kepada kepala desa, Otou-sama saya."

Wajah tanpa emosinya selalu memberikan Ash banyak masalah.

"Tunggu dulu! M-mengapa Lucca harus menyebut tentang kepala desa?"

"T-tolong jangan tanya lebih dari ini."

Lucca tiba-tiba memerah.

Kali ini, giliran Jessica yang mendorong Lucca ke samping.

Jessica yang biasanya mengincar sperma Ash, meskipun tindakannya eksentrik, dia niscaya masih salah satu dari beberapa wanita cantik di akademi.

"Ash-sama, saya punya permintaan!"

"Hei, tunggu dulu! Ini lantai tiga! Bagaiamana Hydra bisa sampai disini..?"

"Yah. Panjat dinding bukanlah masalah bagi Rhiannon saya."

"Tak bisakah kau bersimpati sedikit dengan Pal-mu!"

Ash kasihan dengan Pal-nya. Meskipun Hydra mungkin masih dapat bergerak di darat, tetapi ketika mereka berada di dalam air dapat menunjukkan keahlian mereka yang sebenarnya. Seharusnya tidak boleh untuk berjalan di darat. Belum lagi memanjat dinding asrama siswa, yang tidak tampak sesuai dengan tindakan naga yang dibanggakan.

"Kesampingkan hal itu, Ash-sama! Saya akan meninggalkan Ansarivan. Bagaimana dengan Ash-sama? Apakah Ash-sama mempunyai rencana untuk pulang?"

"Sekarang aku ingat... hari ini adalah awal dari liburan."

-Hari pertama bulan Leo.

Hari pertama liburan bagi Akademi Pengendara Naga Ansarivan. Karena ini adalah sekolah berasrama, sebagian besar siswa akan kembali ke kampung halaman mereka.

Tentu saja, tidak semua siswa akan kembali ke rumah. Ada juga sejumlah kecil siswa yang terpaksa tinggal di Ansarivan karena alasan tertentu.

Ash adalah salah satu dari mereka.

"Tidak, aku tidak akan pulang."

Setelah mendengar hal tersebut, ekspresi wajah Jessica berubah.

"Apa! Jika itu yang terjadi, saya juga akan tetap di sini!"

"Uuh... Jika saya tidak segera kembali... Say akan dimarahi Otou-sama saya."

Dibandingkan dengan Jessica yang sangat bersemangat, Lucca tampak sedih. Lucca yang membawa harapan semua Eckbald tidak mungkin memiliki banyak kebebasan seperti Jessica.

"Maaf mengecewakanmu Jessica, tapi kau harus kembali denganku."

Tiba-tiba ada suara lain.

"Rebecca-san!"

Ash berteriak.

Ada bau manis yang berasal dari rambut merahnya yang tertiup angin. Ia tampak seperti seorang gadis perang dalam legenda saat naik  Cu Chulainn.

"Maaf untuk masalah yang dibuat gadis bodoh ini. Keluarga Randall akan menutupi biaya perbaikan jendela. Kesalahan pelayan juga kesalahan tuannya."

"Sekarang kau menyinggungnya... Aku ingat bahwa Jessica merupakan seorang pelayan di keluarga Randall."

"Sejak ia menjadi Breeder, ia sudah lupa pada tempatnya."

Rebecca menghela napas.

"Hmph! Bisakah kau berhenti memanggilku sebagai pelayan? Aku tidak memiliki niat untuk melayani keluarga Randall selamanya!"

"Aku tidak pernah berpikir seperti itu. Kau adalah teman masa kecil yang penting bagiku. Selain itu, orang tuamu telah memintaku untuk membawa kau pulang. Itulah mengapa aku memiliki tugas untuk membawamu pulang untuk bertemu dengan orang tuamu."

Meskipun bibirnya tersenyum, tidak ada senyuman di mata Rebecca. Setelah Jessica melihat tekad Rebecca, sikunya jatuh ke dalam keputus asaan.

"Haa.. aku mengerti. Namun.. AKu ingin Ash-sama untuk melihat ku pergi!"

Ash tersenyum kecut.

"Aku pikir tidak apa-apa."

Saat Ash menjawab, Jessica sekali lagi tersenyum lebar. Tapi, ia kemudian memerah dan mulai bergumam.

"L-lalu... menurut adat tempat tinggal kami... Harus ada c-ciuman perpisahan..."

"Hey! Jessica! Kapan tempat tinggal kita memiliki kebiasan seperti itu?"

Rebecca membuka kebohongan Jessica sambil tersenyum kecut.

"Hmph! Rebecca! Apakah kau tidak bisa melihat suasananya?"

"A-aku juga ingin Ash untuk melihat aku pergi..."

Sementaera Jessica marah, Lucca malu-malu mengatakan keinginannya ke Ash.

"Tentu saja."

"L-lalu... Menurut kebiasaan Eckbald... Aku ingin kau mengangkat saya seperti seorang putri."

Jantung Ash berhenti berdetak ketika ia pertama kali melihat wajah Lucca memerah.

"M-menggendong Putri!"

Ash mencoba membetulkan kata-katanya tapi Jessica berteriak di depan Lucca:

"Hey! Apa yang coba kau lakukan dalam kekacauan ini! Itu pasti bohongkan, kan!?"

"Uuh..."

Sementara Lucca coba membalas perkataan Jessica, suara Jessica telah menyebar ke seluruh sekolah.

"Hey, bisakah kau percaya itu! Presiden dan Jessica sedang membuat kunjungan malam! Dan yang lainnya... Mungkinkah Lucca Sarlinen gadis jenius dari kelas Unios!?"

Tiba-tiba, sejumlah besar siswa berkumpul di luar Gedung Apollo. Itu karena ada tiga orang gadis yang berdiri di atas naga mereka yang berada di samping jendela asrama anak laki-laki.

Siapa yang tidak mengetahui Rebecca Randall orang yang paling populer di seluruh akademi, Jessica juga salah satu pusat perhatian, apalagi Lucca dengan penampilan seperti Yosei dan ketrampilan seorang Dragner.

"Aku disini untuk Ash-sama melihat aku pergi! Tidak ada yang lain!"

Jessica berusahan untuk menyelesaikan kesalahpahaman dengan berteriak ke arah sekolah.

"Hmm! Dengan Ash-kun maksudmu... Ash-kun yang kemarin dianugerahi gelar!"

"Upacara Kesatria mengagumkan!"

"Aku juga ingin ia melihatku juga!"

Sekarang semua gadis-gadis itu berbicara dengan suara yang melengking.

Rebecca tersenyum pahit saat ia melihat semua ini.

"Sepertinya popularitasmu meroket setelah menjadi Dragner."

"Situasi diluar... Entah bagaimana, terlihat menakutkan."

"Ya. Aku hanya melihat sekitar tiga puluh naga terbang ke arah sini."

Rebecca mengatakan kepadanya berita yang tak terkira dengan wajah tenang.

"Hah?"

"Maaf, Ash. Meskipun aku punya banyak alasan untuk membantumu... Tapi kalau aku menunjukkan kekuatanku, gadis-gadis akan menderita  beberapa luka serius."

"Hoi! Jangan tinggalkan aku!"

"Kau harus mencoba untuk memecahkan masalahmu sendiri jika kau seorang Dragner. Juga.. Jika tidak apa-apa. Aku juga ingin kau melihatku juga."

"..Eh?"

Sayangnya, Ash tidak mampu menangkap perkataan Rebecca. Suaranya menghilang dibalik suara keras kepakkan saya dari Cu Chulainn.

"Selamat berjuang, Ash."

Lucca juga seperti enggan terbang dengan Gawain.

Tepat setelah itu, gedung Apollo menghadapi serangan yang mengerikan.

"Ash-kun! Silahkan lihat saya!"

"Ash-kun, kau sebaiknya mungkin datang ke rumah saya dengan saya...!"

"Hey! Jangan memotong antrian!"

Kebanyakan gadis yang datang adalah pengendara Strada. Mereka seperti kelelawar yang berkumpul bersama untuk makan di jendela.

Tapi tentu saja itu tidak mungkin bagi tiga puluh pengendara Strada untuk bersesak-sesakkan di jendela pada saat yang sama.

Tak lama kemudian, mereka mulai dorong-mendorong.

"H-harap bersabar! Tenang! Harap tenang!"

Ash panik.

Setiap gemuruh yang berasal dari Strada sudah cukup untuk mengguncang seluruh bangunan tua ini.

"Hey!... Beraninya kau! Ash-sama adalah hal terpenting saya-- Tidakkk!"

Tidak seperti Rebecca atau Lucca, Jessica yang tinggal sampai akhir, akhirnya mendorong dinding bersama Rhiannon.

"A-apa yang harus saya lakukan?"

Ash mundur sampai punggungnya menghadap dinding sementara ia menonton para gadis berjuang di jendela.

Pada saat itu, Eco yang telah menggulung dirinya menjadi bola saat dia tertidur menjadi terbangun dan mengusap matanya.

"Hmmm.... Kebisingan apa ini?"

"Kau! Bagaimana kau masih bisa berpikir tentang tidur!"

Eco bingung memandang sekelilingnya. Tampaknya ia belum sepenuhnya terjaga dan tidak bisa berpikir dengan benar.

Ash berteriak dengan sekuat tenaga kepada para gadis di jendela.

"Aku mohon kalian! Tolong jangan membuat keributan di depan jendela orang lain! Aku berjanji untuk melihat salah satu dari kalian!"

Terlalu buruk baginya, suaranya tidak terdengar oleh mereka.

Tiba-tiba, Ash mendapat firasat buruk.

"Aku tidak bisa...."

Seluruh tubuhnya menggigil ketakutan. Sejak beberapa waktu yang lalu, dinding yang menghadap keluar berderit. Tampak seperti Strada menempatkan tekanan dia atasnya.

"Berbahaya untuk tetap di sini! Eco, mari kita pergi!"

"Huh...! Bisakah kau peduli untuk menjelaskannya!"

"Nanti!"

Ash berlari dengan memegang tangan Eco.

Dia berlari melalui pintu dan menuju koridor.

Tepat ketika ia berlari di koridor.

-Creak...! Eeeeekkkkk....! Do---------- n!

Sesaat kemudian, ada ledakan keras.

Ash hati-hati mengintip melalui celah-celah di pintu sambil gemetar. Ia melihat debu beterbangan di kamarnya dan bahkan koridor terkena dampaknya.

"*Batuk*! *Batuk*!"

Sambil menutupi Eco yang terbatuk-batuk, Ash tetap diam sampai tidak ada debu beterbangan.

Beberapa saat kemudian-

Setelah debu tidak ada, apa yang Ash lihat adalah langit yang cerah.

Sinar pagi bersinar di ruang bencana.

Puing-puing tembok itu bertaburan di ruangan kamarnya. Pemandangan yang menyakitkan.

Saat ini, dinding yang menghadap akademi dan jendela hancur, kamarnya tampak seperti rumah boneka yang bisa dilihat dari luar.

"Errr.... Eco, apa aku bermimpi?"

"Sepertinya begitu?"

Ash dan Eco melihat kamar mereka dengan mulut terbuka lebar.


Part 2

Ash dibawa ke kantor direktur pada hari pertama liburan.

Adapun gadis-gadis pelakunya, telah berlari pulang secepat mungkin. Itu sebabnya Ash yang merupakan korban dipanggil ke ruang direktur.

"Begitukah... Sekarang aku mengerti apa yang telah terjadi."

Mirabel yang bertindak sebagai direktur menjawab dengan dingin sambil minum secangkir teh.

Ruangan ini penuh dengan bau dari bergamot dan teh.
Seperti robot, wajah Mirabel tanpa emosi sepanjang waktu. Apakah putri ini memiliki sesuatu yang disebut sebagai perasaan...? pikir Ash.

"Akademi ini akan bertanggung jawab untuk memperbaiki dinding yang rusak. Beberapa waktu sebelumnya, aku telah meminta pembangunan kota ini dan mereka memperkirakan bahwa mereka dapat menyelesaikannya dalam waktu dua minggu."

"Benarkah....! Terima kasih banyak!"

Ash bersyukur bahwa ia mampu menghadapi situasi ini tanpa penundaan.

"Masalahnya adalah... Selama renovasi, di mana aku menempatkan kamu dan Eco."

"Begitukah..."

"Bisakah kamu meminjam kamar dari teman-temanmu?"

"Saya tidak berpikir itu mungkin...."

Sayangnya, Max dan Raymond sudah pulang. Untuk Ash yang tidak memiliki banyak teman, ia hanya bisa mengandalkan dua temannya. Meskipun ada pilihan untuk menggunakannya tanpa meminta izin, tapi Ash tidak bisa memaksa dirinya untuk melakukannya.

-Bang!

Pintu di belakangnya di buka dengan suara keras.

Waktu berikutnya yang dia tahu, Silvia dan Eco berdiri di sampingnya.

"Berapa lama lagi kalian berdua akan terus berbicara? Kau tak bisa memberi kita kamar yang baru!"

Eco marah sambil menunjuk Mirabel.

"Anee-ue! Mengapa anee-ue memanggil Ash! Insiden itu disebabkan oleh beberapa gadis! Ini tidak ada hubungannya dengan Ash! Apakah kau memperlakukan Ash sebagai pelakunya?"

Silvia di sisi lainmencoba berbicara untuk membantu Ash.

"Dimana sopan santun kalian? Apa kau tidak tahu bahwa sangat kasar untuk masuk ke ruangan tanpa mengetuk terlebih dahulu? Kalian tidak akan diberikan perlakuan khusus bahkan jika itu adalah keturunan keluarga Kaisar Naga Suci Avalon atau adikku."

Mirabel dengan dingin memelototi keduanya.

"Saya minta maaf.... Anee-ue."

Silvia berdiri diam seolah-olah telah berubah menjadi batu.

Di sisi lain, Eco mencoba mengintimidasi Mirabel dengan menunjukkan gigi tajamnya.

"Hey kau!.... Beraninya kau bertindak seperti itu bahkan ketika kau tahu bahwa aku Putri dari keluarga Kaisar Naga Suci Avalon! Mengapa aku tidak mencoba menghancurkan benteng di waktu berikutnya? Jika aku menunjukkan diri yang sebenarnya, satu atau dua Fontaine tidak akan....."

"Idiot! Berhenti mengeluarkan kata omong kosong!"

Wajah Ash memucat ketika ia memarahi Eco.

Sejak saat itu, pemerintah Negara Kesatria melihat Eco sebagai ancaman. Selama ada kemungkinan Mirabel berada di sini untuk mengawasi Eco, mereka harus berhati-hati untuk berbicara.

Tapi yang mengejutkan, Eco tenang dengan hanya berseru sekali.

Dia memutar kepalanya dengan wajah memerah.

"Aku akan mendengarkanmu..... Hanya kali ini."

Ash terkejut melihat Eco membuat ekspresi seperti itu pertama kalinya. Seperti yang ia harapkan, perubahan tersebut telah membuat hatinya berubah. Meskipun jadi lembut Eco tampak jauh lebih manis, pada saat yang sama, itu juga membingungkan.

"Ahem!"

Mirabel mencoba membersihkan tenggorokannya, kemudian perhatian semua orang kembali padanya.

"Silvia, kau datang di saat yang tepat. Sekarang kau tinggal di kamar kerajaan di gedung Epona kan?"

"... Bagaimana kau tahu?"

Silvia terkejut.

"Sampai renovasi di asrama anak itu selesai, Ash Blake dan naga muda Eco akan tinggal di kamarmu sementara waktu."

"Apa!"

"Aku tidak akan mengulangi kedua kalinya. Ini adalah perintah dari kakakmu. Kau tidak di izinkan untuk keberatan."

Tentunya, Silvia marah.

"Apa maksudmu dengan hal ini! Ini bertentangan dengan motto keluarga kita dimana 'seorang kesatria tidak boleh menyentuh lawan jenis lainnya'!"

"Hmm... Lucu tapi aku ingat bahwa aku berkata untuk membiarkan Ash Blake dan naga muda Eco tinggal di kamarmu. Kapan aku pernah menyebutkan tentang menyentuh Ash?"

"I-itu...!"

Tepat saat ini, telinga Silvia memerah.

"Sekarang, jika aku harus menyebutkan motto keluarga yang sangat kau cintai. 'Seorang kesatria harus membantu mereka yang membutuhkan'. Apa aku salah?"

Setelah Mirabel menjawab dengan dingin, ia seperti kehilangan minat dalam kasus tentang Ash. Ia terus melihat cangkir teh di tangannya.

"Aku telah selesai denganmu-menyakitkan, sekarang secangkir teh telah menjadi dingin."


Part 3

Rebecca dan Jessica telah pulang ke daerah yang dikuasai oleh keluarga Randall.

Lucca disisi lain telah kembali ke desanya.

Setela melihat mereka pergi, Ash dan Eco sekali lagi kembali ke kamarnya di lantai tiga gedung Apollo.

Mereka sekali lagi melihat tempat bencana.

Sebuah tempat tidur penuh dengan pecahan kaca.

Lantai penuh dengan puing-puing dinding.

Dan perabotan yang berantakan.

Dengan dinding yang menghilang, ruangan menjadi cerah dan berangin. Menengok ke bawah dari atas terlihat beberapa penonton yang penasaran. Ketika mata mereka bertemu dengan Ash, semua orang langsung menyebar.

"Haa.. Pertama-tama, ku pikir kita harus membersihkan sedikit. Lebih baik membuatnya terlihat sedikit ceria sebelum renovasi di mulai."

Membalikkan badan, Ash melihat Eco sedang merajuk.

"Ada yang salah, Eco?"

"Hei. Apa kau benar-benar ingin tinggal di kamar Silvia?"

"Bukannya tidak punya pilihan. Ini adalah perintah dari Putri Mirabel. Sepertinya Putri Silvia tidak berani melawan perintahnya."

"Aku.... Aku benci itu."

"Apa yang terjadi? Kau tidak terlihat seperti biasanya. Nah, jika kita tinggal di kamar Putri-sama, kita mungkin bisa makan makanan buatan Cosette yang lezat itu."

"Itu tidak penting! Dan juga, aku bukan orang yang berpikiran tentang makanan seharian!"

Wajah Eco memerah karena marah dan malu.

"Itu... Maaf."

"Tidak apa-apa jika kau paham. Lagi pula, jika kau mencoba melakukan sesuatu yang aneh ke Silvia... Aku akan pastikan untuk menghancurkanmu!"

Eco melotot pada Ash.

"Apa yang kau maksud dengan sesuatu yang aneh?"

Dengan telinganya memerah, Eco malu-malu berkata:

"Sederhananya.... Barang-barang yang sesat."

"A-apa yang kau pikirkan!"

Ash berdiri mematung. Ia tidak pernah berharap Eco berbicara tentang kata-kata tersebut. Sangat mengejutkan.

"Bahkan aku tahu tentang barang-barang tersebut.... Jangan meremehkanku hanya karena aku seorang naga muda."

"Apakah sumber informasi tersebut.... Dragweisse?"

"... Beberapa berasal dari sana, tapi kebanyakan berasal dari buku-buku bergambar yang Cosette pinjamkan."

"Tunggu sebentar! Apakah benar-benar.... Hanya buku bergambar?"

Dalam rangka untuk mengajari pentingnya kepekaan estetika, Cosette meminjamkan buku-buku bergambar dan buku-buku untuk anak-anak. Untuk itu, Ash berterima kasih kepada Cosette.

Namun, ada kemungkinan buku-buku tersebut ia campur dengan beberapa buku yang ada konten dewasa di dalamnya yang diberkan kepada Eco.

"Bagaimanapun, Silvia masih putri di negeri ini. Apa yang kau khawatirkan tidak akan pernah terjadi, yakinlah."

Dalam kasus terburuk, aku akan dipenggal... Ash berpikir diam-diam.

"B-baiklah... aku mengerti."

Sekali lagi, Eco tersenyum dan melihat ruangan di sekelilingnya.

"Lalu... Apa yang bisa kulakukan untuk membantumu?"

"Kau mencoba untuk membantu?"

"Apa? Apakah aneh bagiku untuk membantu?"

"Tidak aneh, cuma jarang. Bukankah aku yang selalu menyelesaikan pekerjaan rumah?"

"T-tentang itu... Ini tidak seperti aku punya pilihan. Aku seorang naga. Aku tidak benar-benar mengerti bagaimana manusia bertingkah laku. Tapi... Aku hanya ingin membantu hari ini.... bisa kan?"

Eco menyombongkan pipi kemerah-merahan dan menatap Ash.

"Mengapa tidak? Aku bahkan ingin mengucapkan terima kasih."

Ash tersenyum kecut dan mencoba menepuk kepalanya.

Tapi, Eco segera menghindarinya.

"Tidak! Kau jangan menyentuhnya!"

"Maaf.... aku tidak tahu bahwa kau tidak meyukainya sebanyak ini."

"T-tidak! Tidak apa-apa jika hanya menepuk kepala, tetapi jangan menyentuh tanduknya. Jika sedikit saja tersentu, aku.... akan berubah aneh. Aku merasa seperti terbang di udara ketika mereka disentuh...."

Ash bisa tenang setalah melihat wajah Eco ketika ia mencoba menjelaskan perasaannya.

"Aku mengerti. Aku berjanji tidak akan menyentuh tanduk Eco."

Ash hati-hati menepuk kepala Eco.

Rambut merah mudanya berbulu dan memberikan telapak tangannya perasaan yang bagus.

"Nn..."

Bahkan ketika dia naga, Eco tersenyum dan mengangkat lehernya seperti apa yang kucing lakukan.

Senyum polosnya menarik perhatian Ash.

Lebih tepatnya, ia seperti kuncup bunga yang berbentuk bibir.

Jantungnya berdetak cepat.

Ini benar-benar kedua kalinya ia memiliki perasaan seperti itu.

Pertama kali ketika Eco mengatakan bahwa ia tidak puas dengan hanya menjadi Pal di ruang tamu Istana Fontaine.

"...."

Eco mungkin merasa ada perubahan suasana juga dan tubuhnya tiba-tiba menegang. Mungkin ia juga berpikir tentang kejadian di Istana Fontaine.

Dalam waktu singkat, seperti waktu itu, Eco menutup matanya.

Ia juga mencoba untuk mengerutkan bibirnya.

Ash jugamelihat bulu mata yang panjang juga bergemetar.

Eco-...!

Ia tiba-tiba teringat kata 'Pal tercinta' dalam upacarfa kesatria.

Waktu itu, Ash hanya mengatakan itu janji standar.

Tapi ini benar-benar berbeda.

Perasaan cintanya ke Eco lahir dari dalam hatinya. Perasaan yang bisa dijelaskan dengan menggunakan sesuatu yang sederhana seperti hubungan yang tumbuh dari Breeder dan Pal.

Saat ini, mereka tidak perlu berkata-kata.

Ash menempatkan kedua tangannya di bahu Eco dan dia mendekat perlahan-lahan.

Bau manis di sekeliling mereka membuatnya pusing.

Saat ini, ia merasa seolah-olah hatinya akan meledak.

Mereka sekarang pada jarak dimana hidung mereka bisa dengan mudah menyentuh sama lain.

Eco merasa seperti sedang ditembus sinar matahari sementara ia sedang menunggu Ash.

Ash mengambil keputusan dan menutup matanya.

Dan kemudian ia mencium-Eco di bibirnya.


Part 4

"~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~!"

Sejak ciuman mereka, Eco diam-diam bekerja dengan membelakangi Ash sepanjang waktu.

Sepertinya ia terlalu malu bahkan untuk melihat wajah Ash.

Dan tentu saja sama dengan Ash.

Ash merasa seolah-olah wajahnya seperti bola api.

Meskipun mereka berdua pada awalnya datang untuk membersihkan debu, tidak ada kmajuan sama sekali. Apa yang mereka lakukan hanya mengacaukan kamar yang sudah kacau.

-Apa yang harus aku lakukan? Apa yang coba kukatakan di saat seperti ini?

Tepat ketika Ash sangat ingin mencoba untuk menemukan kata yang tepat....

"Uwaaaa....! Manisnya!"

Eco berbalik dan menunjukkan As sebuah benda bulat.

"Bukankah ini lucu? Di mana kau menemukan mainan ini?"

Pada saat itu, Ash merasa ada sesuatu yang menusuk di bagian belakang lehernya. Itu membuatnya bertanya-tanya apa itu.

Boneka yang Eco pegang tampaknya boneka naga. Tegasnya, wajahnya tidak ada yang kikuk(?).

Selain itu, tubuh bulatnya tidak membuatnya tampak seperti naga yang agung.

Namun, Eco mengagangnya lucu, dan itu membuatnya melupakan kejadian yang sebelumnya.

"Errr.... Sebenarnya aku tidak banyak mengingat tentang mainan tersebut. Tidak peduli bagaimana aku melihatnya, tampak seperti mainan seorang gadis. Mungkin bukan aku yang membelinya."

Berkat mainan itu Ash sekali lagi mampu berbicara normal dengan Eco.

"Hmmm... aneh."

Eco membawa boneka mainan sambil mengibaskan debu diatasnya.

"Hmm... Ketika aku pindah ke Ansarivan, aku hanya membawanya tanpa alasan yang diketahui. Mungkin aku pikir ada sesuatu yang besar di balik itu.  Sebenarnya.... Aku kehilangan memori kenangan masa kecilku."

".... Kehilangan memori kenangan?"

Eco terkejut.

"Aah. Itu benar ketika aku berusia tujuh tahun ketika aku mengunjungi Hutan Albion untuk Upacara Orphan. Aku hanya tidak bisa mengingat kenangan saat itu."

"Bukankah itu waktu Ibu Naga menganugerahkan ku padamu?"

"Sepertinya begitu."

"Kenapa kau tidak mengingat acara yang begitu penting?"

Ash menciut ketika ia melihat Eco mulai marah. Sama seperti bagaimana mereka akhirnya mampu berbicara normal, kemarahan Eco juga mulai kembali.

"Terus terang.Aku tidak tahu apa-apa. Aku punya firasat bahwa mainan ini mempunyai hubungan dengan kenanganku yang hilang dan itulah alasan mengapa aku enggan untuk membuangnya. Namun, karena peristiwa baru-baru ini, aku benar-benar lupa tentang hal itu."

"Lalu, aku bisa menyimpannya?"

Ash terkejut.

"Apa maksudmu dengan menyimpannya?"

"Hal ini sama seperti yang apa aku katakan. Jangan kau pikir itu menyedihkan untuk membiarkan makhluk lucu seperti ini dibiarkan dilupakan? Aku akan mengambil kesulitan untuk mengurus boneka ini."

"Bagaimana kau bisa mengurusnya, itu bahkan bukan makhluk hidup.? Arg, terserah sajalah."

"Sungguh?"

Eco gembira karenanya.

"Yah, aku tidak begitu keberatan."

"Itu bagus!"

Eco sangat gembira yang membuat ia merasa bahwa ia bahkan bisa terbang. Ia kemudian menggosok boneka mainan dengan pipinya.

Selanjutnya, ia meringkuk seperti seorang ibu dengan bayinya.

Tiba-tiba, ia berbicara sesuatu yang membuat Ash terkejut.

"Ini tampak seperti bayi kami...."

Eco tiba-tiba berhenti berbicara bahkan sebelum ia menyelesaikan kalimatnya. Ia menatap Ash dengan mata seolah-olah mereka terbakar.

"Kau mendengarnya?"

"Tidak, tidak sama sekali."

Ash berbicara dengan ekspresi serius di wajahnya.

"I-itu benar! T-tidak ada yang terjadi! Tidak ada terjadi sama sekali!"

Seolah-olah kepalanya meledak, Eco membawa mainan dan berlari dari kamar tersebut.

"Sebenarnya, aku mendengar semuanya..."

Sama seperti Ash yang bergumam, tubuhnya juga merasa terbakar oleh api....

"Maaf menggangu, Ash-sama."

Tiba-tiba, ada suara wanita yang datang dari belakang.

"Uwaa!"

Ash menyadari setelah berbalik bahwa itu Cosette. Cosette tampak mengenakan pakaian maid gaya istana hari ini. Dia kemudian membungkuk sopan.

"Cosette-san! Bagaimana kau bisa masuk?"

"Untuk masuk  ke tampat yang luas seperti permainan anak bagi saya."

Cosette tersenyum sebelum ia berbalik meliaht birunya langit.

"Itu tidak bisa... ini adalah lantai tiga! Kesampingkan hal itu, mengapa kau di sini?"

"Saya di sini untuk bertemu dengan Anda dan Eco-chan. Seandaianya Anda lupa tentang keputusan yang mulia Putri Mirabel itu?"

Tentu saja, itu tidak mungkin baginya untuk melupakannya. Namun, ia masih merasa sedikit enggan.

"Sebenarnya, tidak bisakah kita memikirkan kembali tentang hal ini? Kesampingkan Eco, tidak kah kau berpikir bahwa itu salah untuk seorang pria seperti saya masuk ke gedung Epona dimana orang-orang tidak diperbolehkan?"

"Untuk kepentingan anda sendiri, saya akan menyarankan anda untuk mengikuti keputusannya. Apakah anda tahu Putri Mirabel dikenal sebagai apa?"

"Tidak... tidak terpikirkan sama sekali."

"Nama panggilan sebenarnya adalah Argento magus. Jika kita bisa menggambarkan Putri Veronica sebagai seorang pejuang, amak Putri Mirabel adalah seorang pemikir. Dibandingkan dengan Veronica, ada hal-hal tertentu yang membuat Putri Mirabel sebagai lawan yang tangguh. Pastikan untuk mempersiapka mental, Ash-sama."

Ash mendesah setelah ia mendengar semuanya.

"... Aku mengerti. Tolong memberitahuku untuk mengambil beberapa barang seperti bantal dan pakaian denganku..."

"Ya sudah, sementara itu, saya akan mencoba untuk mencari Eco."

Eco belum kembali sejak ia berlari keluar dari kamar.

"Terima kasih. Ku pikir ia berada di suatu tempat di sekitar asrama."

"Huhu. Itu akan menjadi tugas yang sederhana."

Cosette dengan gesit berlari sambil menghindari furnitur yang berantakan, tapi kemudian tiba-tiba berhenti dan berbalik.

"Ngomong-ngomong, Ash-sama."

"Ada apa?"

Ketika Ash mengangkat wajahnya, ia melihat wajah Cosette memerah. Ash menatapnya karena jarang melihat ia yang selalu tenang wajahnya memerah.

Meskipun ia selalu tingal bersembunyi di balik bayangan Silvia, ia benar-b enar cukup cantik.

Dengan tangan kanan di pipinya, ia mendesah.

Lalu ia mengatakan sesuati yang mengejutkan.

"Ciuman Ash-sama dan Eco-chan memang tampak sangat murni."

"Waaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!"

Kali ini giliran Ash yang memerah.

"J-jangan bilang kau melihat semuanya?"

"Itu benar-benar seperti sebuah pertunjukkan opera. Anda tampak lucu ketika Anda mencium tanpa perlu berkata-kata untuk saling memahami. Ya Tuhan, bukankah itu indah? Bukankah Eco-cha n terlihat manis saat ia sedang menunggu untuk menerima ciuman anda?"

"Ku mohon, tolong berhenti mengatakan lebih dari ini! Ini memamlukan!"

Saat ini, Ash merasa seperti sedang duduk di sebuah gunung jarum.

Cosette juga, tampaknya menyadari bahwa ia berlebihan melakukannya, dan menjawab dengan senyum lucu.

"Saya pastikan, saya tidak akan memberitahu Putri-sama semua ini."

"Bagaiman bisa Putri-sama terkait dengan hal ini?"

"Hmm... Aku bertanya-tanya..... Huhu..."

Cosette meninggalkan ruangan dengan kalimatnya berakhir dennga tawa.


Part 5

Saat Ash selesai mengumpulkan semua kebutuhan dasar sehari-hari, Cosette kembali dengan Eco. Bersama-sama, mereka bertiga berjalan menuju gedung Epona.

Meskipun sudah petang, matahari masih tinggi di langit.

Setelah melewati rimbunan pohon yang beragam, mereka disambut oleh gerbang yang terlihat tidak ramah.

Bahkan jangkrik telah berhenti membuat suara.

Meskipun mereka hanya berjalan, mereka semua berpeluh keringat.

Melihat ke samping, Eco terlihat seperti orang yang terkena demam dengan suhu yang tinggi. Ia tampak seperti Hydra yang sedang mencari air di tempat yang kering.

Dibanding Ash, Eco hanya membawa sebuah boneka.

Di sisi lain, Cosette bahkan tidak berkeringat.

"Kita telah sampai."

Cosette berbalik dan tersenyum kepada Ash dan Eco.

Melalui pintu gerbang, mereka bisa melihat sebuah taman yang dipisahkan menjadi dua bagian oleh jalan setapak. Itu pasti dibuat oleh tukang kebun yang hebat. Bahkan Ash yang tidak punya minat dalam berkebun kagum dengan hal itu.

Di bagian belakang taman berdiri sebuah gedung yang terlihat elegan.

Itu gedung Epona, asrama untuk anak perempuan kelas Senios.

"Kita akhirnya sampai..."

Ash menempatkan tasnya yang penuh dengan kebutuhan sehari-hari dan pakaian di lantai.

Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke sini dari gedung Apollo... Ash tidak akan terganggu dengan berpikir tentang hal itu.

Ini Akademi Pengendara Naga di mana manusia dan naga hidup berdampingan yang memiliki lahan yang sangat luas.

Di dalamnya ada banyak kelas, gereja, ruang guru, perpustakaan, kantin, tujuh rumah naga, empat asrama, sebuah lapangan olahraga..... Bahkan termasuk sebuah arena yang digunakan untuk beberapa acara.

Meskipun ada tempat perbelanjaan dan perumahan yang berada di luar lingkungan sekolah. Di banding dengan luas dari akademi, mereka tampak seperti tambahan. Itulah mengapa Ansarivan disebut kota Akademik.

Di samping itu, jarak antara asrama anak laki-laki dan asrama anak perempuan telah diatur sedemikian rupa oleh akademi.

"Silakan masuk."

Cosette mendorong pintu gerbang yang terlihat berat dan menyambut keduanya masuk.


Part 6

Di lantai paling atas dari gedung Epona merupakan ruang yang digunakan oleh keluarga kerajaan.

Itu tampak seperti hotel kelas atas dan bahkan memiliki ruang yang besar.

Terlepas dari pemanas di ruang tamu, ada juga ruang makan, ruang belajar, kamar tidur, kamar mandi, dapur, dll. Di dalam sebuah ruangan yang memiliki segalanya, itu terlihat seperti dunia lain dibanding dengan kamar siswa yang normal.

Silvia sedang berjalan naik dan turun disekitar kamarnya sendiri, khawatir tanpa henti.

"Argh! Apa yang salah dengan ku? Mengapa aku tidak bisa tenang! Bahkan motto keluarga Lautreamont menyatakan bahwa 'selalu tetap tenang, terutama dalam keadaan darurat!"

Meskipun ia tidak dalam keadaan darurat, Silvia tidak bisa berhenti khawatir. Sekarang adalah waktu bagi Cosette tiba dengan Ash dan Eco.

"Itu dia!"

Silvia terhenti sejenak dan kemudian berlari ke ruang rias dan berdiri di depan cermin.

Dia menerapkan lapisan tipis make-up di wajahnya.

Dia mencoba menyisir rambutnya berkali-kali.

Pakaian dan aksesorisnya dipilih Cosette.

Dia memakai kamisolnya, rok dengan dua lapisan hiasan, stoking dan kalung yang terbuat dari kristal naga cerah yang bertindak sebagai perhiasan.

Di depan cermin, ia terlihat seperti biasanya... Tidak, ia setidaknya dua kali lebih cantik dari yang biasanya.

Silvia memerah ketika menyadari betapa cantiknya dia.

"Kenapa aku harus berdandan! Ini akan baik-baik saja dengan apa yang biasanya ku lakukan!"

Ash sebentar lagi sampai.

Sampai asrama anak itu direnovasi, Ash akan tinggal di sini selama dua minggu.

Jantungnya mulai berdetak kencang karena berpikir tentang hal tersebut.

"Perasaan ini.... ini adalah perasaan yang sama seperti waktu itu...."

Silvia teringat kenangannya.

Waktu ulang tahunnya yang ke tujuh, ia bertemu dengan anak laki-laki di Hutan Albion.

"Kenapa? Mengapa perasaan ini kembali ke waktu ketika aku berusia tujuh tahun setiap kali berpikir tentang Ash...?"

Silvia tiba-tiba kembali ke keadaan biasanya.

"Berhenti! Berhenti! Berhenti! Bukankah ini berarti aku menantikan dia tiba? Oke... Aku harus mengubah kembali ke pakaian normal..."

Silvia pergi dari ruang rias dan meamsuki ruang tamu. Ia dengan cepat melepas semua pakaiannya kecuali pakaian dalamnya. Ia kemuda berjalan di sepanjang koridor menuju ruang ganti.

Tiba-tiba, pintu terbuka tepat di depan matanya.

"Tuan Putri, kami telah kembali."

Cosette berjalan dengan tersenyum.

"Tuan Putri!"

Ash berdiri tepat dibelakang Cosette dengan mata terbuka lebar. Mengapa wajahnya memerah? Apa karena panas?

"...!"

Silvia langsung tersentak dari kebingungan. Ia ingat sekarang, ia hanya mengenakan pakaian dalamnya.

"Kyaaaaaaaaaa!"

Silvia berlari dan bersembunyi di balik pintu sambil berteriak dengan keras.


Part 7

"Hei kau! Sampai kapan kau akan terus menatap!"

"Aduh!"

Ash kembali seperti semula setelah kakinya diinjak Eco.

Tepat ketika ia melangkah masuk melalui pintu utama, ia disambut oleh Silvia dengan hanya pakaian dalamnya. Renda berwarna putih akan selamanya terpatri di benaknya.

Ngomong-ngomong, kenapa Silvia hanya memakai pakaian dalam? Tidak peduli seberapa panas cuacanya, ini tidak sesuai dengan citranya.

"Saya akan memeriksa Tuan Putri. Bisakah kalian menunggu di sini sebentar?"

Dengan senyum bahagia di wajahnya, Cosette menghilang ke koridor. Sekarang...

"Tidak. Ini pasti tidak terlihat alami."

"Tidak, tidak. Ini pasti cocok dengan Anda."

"Tapi... bukankah ini terlihat aku menunggu kedatangan mereka?"

"Hah? Bukankah?"

Seluruh percakapan mereka didengar oleh Ash.

"Ayolah! Ini adalah aib! Beraninya mereka membuat naga menunggu di depan pintu masuk!"

Eco yang berdiri tepat di samping Ash marah. Mainan yang ia pegang yang memiliki tampilan agak buruk dibuat semakin tergencet dengan kekuatan normalnya.

Ash kasihan dengan mainannya. Jika ini hal ini terus berlanjut, Ash mungkin akan menjadi korban berikutnya.

"Maaf membuat kalian menunggu."

Ketika Ash dikelilingi oleh rasa takutnya, Cosette kembali ke pintu masuk dengan Silvia bersembunyi tepat di belakangnya.

Jantung Ash berdetak ketika ia melihat pakaian Silvia. Ini memberikan nuansa yang sama sekali berbeda dibandingkan dengan seragam sekolah yang biasa digunakannya. Kulitnya banyak terekspos ketika ia mengenakan kamisol tersebut. Ini benar-benar menarik perhatiannya.

"Silakan masuk."

Ash kembali seperti semula setelah mendengar suara Cosette.

"M-maaf untuk gangguannya."

Berlawanan dengan Ash, Eco melihat sekeliling ruangan dengan perasaan khawatir.

"Meski begitu.... Kau seorang Putri dari Keluarga Lautreamont dan kau mendapatkan kamar yang besar?"

Mungkin ia marah karena diminta menunggu di pintu masuk, Eco mengatakan apapun yang keluar dari kemarahannya.

Sebenarnya, Ash takjub dengan ruangan itu sendiri. Pintu masuknya sendiri lebih luas daripada kamar Ash. Bahkan banyak gambar mahal di sepanjang dinding dan ukiran naga.

"Tolong jangan marah. Ruangan ini khusus dibuat untuk para bangsawan, wajar jika Tuan Putri tinggal di sini."

Ash coba menenangkannya.

"Tapi, aku juga seorang Putri Naga! Mengapa ada semacam perbedaan besar dalam hal perlakuan?"

"Ini bukan seperti aku ingin tinggal di ruangan ini!"

Silvia mencoba berbicara untuk dirinya sendiri bahkan ketika ia sedang diancam Eco.

"Aku bahkan sudah memberitahu Akademi untuk memperlakukanku sama dengan para siswa, tetapi mereka tidak pernah mendengarkan..."

Tiba-tiba, Silvia terdiam kaku.

"Tuan Putri... Ada apa?  Anda terlihat kurang baik."

Ash khawatir tentang Silvia, tetapi ia tidak menjawab.

Ia terus menatap boneka yang Eco pegang dengan mata biru esnya.

Silvia kemudian tiba-tiba melompat ke arah Eco dan meraih bahunya.

"Eco! Bisakah kau memberitahuku bagaimana mainan itu ada di tanganmu?"

Eco bingung.

"Ini tidak ada hubungannya denganmu."

"Tolong beritahu aku! Hal ini sangat penting!"

Silvia berteriak keras.

"... Aku mengambilnya."

Eco bergumam sambil menoleh ke samping. Sepertinya ia tidak ingin memberitahu Silvia bahwa itu adalah hadiah dari Ash. Ash bertanya-tanya mengapa Silvia sangat bersikeras.

"Kau mengambilnya? Kapan? Dimana?"

Silvia masih memaksa kehendaknya.

"Ayolah! Mengapa aku harus memberitahumu?"

Eco kehilangan kesabarannya dan menderu.

".... Mengapa kau tidak bisa memberitahuku?"

"I-itu karena... aku tidak punya kewajiban untuk memberitahumu."

"Begitukah, sepertinya kau mempermainkanku.... aku harus menyelesaikan hal ini."

Tiba-tiba, Silvia melompat menuju Eco dengan kedua tangannya terulur.

"Hey!... Jangan bercanda denganku!"

Eco menghindar sambil memeluk mainannya.

Dengan kamar bangsawan sebagai panggungnya, mereka berdua mulai berlarian seperti anak-anak. Dalam sekejap, keduanya menghilang di balik pintu.

"Err.... Apa ini semua tentang...?"

Ash yang tertinggal berbalik dan bertanya kepada Cosette.

"Cosette-san?"

Karena terkejut, Cosette telah diam mematung. Jarang melihat ia membuat wajah seperti itu.

Cosette kemudian kembali ke asalnya setelah dipanggil Ash dan mulai menjelaskan.

"Saya hanya mengingat tentang hal itu.... Saya takut boneka itu... harta terpenting untuk Tuan Putri selama masa kecilnya."

Ash terkejut dengan jawabannya.

"Tunggu sebentar! Seharusnya itu tidak mungkin! Bukankah banyak boneka mainan dengan desain yang sama, kan?"

Cosette menjawab dengan tenang.

"Tidak, tidak ada. Mainan itu satu-satunya yang ada di dunia ini. Itu adalah barang edisi terbatas. Boneka tersebut di buat oleh seniman terkenal dari Kerajaan Chevron, Leonard De Mirabeau, yang diberikan kepada Tuan Putri saat berumur lima tahun."

"Benarkah? Si kikuk itu membuat mainan..."

"Bukan... Gaya kikuk itu merupakan gaya dari Tuan Mirabeau. Bukankah orang biasanya mengatakan bahwa hanya ada sebuah garis yang memisahkan antara jenius dan gila? Jika boneka tersebut di beli melalui lelang barang antik... harganya minimal lima juta Eccles."

Cosette menceritakan kebenaran yang mengejutkan dengan wajah datar.

"Lima juta...!"

Ash tidak bisa berkata-kata.

Wajahnya memucat.

-Lima juta Eccles!

Ash bahkan tidak bisa membayangkan banyak jumlah uang tersebut. Ia hanya tahu bahwa ia tidak akan mendapatkannya dengan menjalani kehidupan yang biasanya. Ia tidak pernah tahu bahwa harta karun tersebut disembunyikan di lemari.

"K-kita harus mencoba menghentikan mereka!"

Ash mulai mencari mereka di ruangan yang besar.


Part 8

"Akhirnya! Kau tidak akan bisa melarikan diri!"

Eco yang berlari ke kamar Silvia sekarang seperti tikus yang terperangkap. Hanya ada satu pintu keluar dan jendela yang terlalu tinggi untuk melompat karena ini adalah lantai paling atas.

"Ckck... Kau keras kepala!"

Eco mundur ke dinding seperti seorang ibu yang melindungi anaknya, ia mencoba mengintimidasi Silvia.

Untuk sesaat, Silvia terpesona dengan kecantikannya, tapi detik berikutnya, ia menderu:

"Kau belum bilang apa-apa lagi! Aku hanya ingin tahu bagaimana mainan ini menjadi milikmu!"

"Mengapa kau ingin tahu?"

"I-itu... Aku punya alasan sendiri! Kumohon, Eco!"

"Hmph... aku juga. Aku tidak akan memberitahumu, hanya kau!"

Keduanya memelototi satu sama lain tanpa ada niat untuk mundur.

Silvia menyadari bahwa apapun yang ia katakan sia-sia.

"Sekarang kau telah melakukannya. Meskipun ini aku tidak menyukainya.... aku harus menyelesaikan ini dengan kekerasan."

"Apa! Menurutmu siapa aku? Lihatlah jika kau bisa melakukannya!"

"Oke!"

Silvia melompat maju tanpa belas kasihan.

Meskipun ia harus menghindari kekuatan normalnya Eco, tindakan Eco selalu lurus ke depan dan mudah dibaca.

"Di sisi lain, selain dari Arts Drag, Silvia telah banyak menguasai ilmu bertarung. Ini adalah hal yang lumrah bagi seseorang yang lahir dari keluarga bangsawan Lautreamont Negara Kesatria.

Setelah bertarung di lantai seperti anak nakal, Silvia keluar sebagai pemenangnya.

"Sekarang kau telah ditangkap!"

Silvia menekan tubuh mungil Eco di lantai tanpa memberinya kesempatan Eco untuk melawan, ia menunggangi Eco.

"Tsk... Biarkan akau pergi!"

"Apakah ada orang idiot yang akan melepaskannya setelah mereka memintanya?"

Pemenangnya sudah diputuskan. Bahkan ketika Eco memiliki kekuatan yang tidak normal, ia tidak akan pernah bisa mampu mengalahkan Silvia.

Tapi, ada alasan mengapa Silvia dapat mengalahkannya dengan mudah.

Eco tidak pernah melepaskan bonekanya bahkan setelah ia ditekan ke lantai. Jika Eco melepaskannya, pertarungan masih bisa berlanjut. Tidak, bahkan bisa sebaliknya.

"Ku mohon, Eco! Ini bukan perintah. Meskipun bukan waktu yang lama sejak pertama kita bertemu, aku selalu menganggapmu sebagai teman. Itu

sebabnya.... Bisa kau jelaskan?"

Tepat ketika Silvia memohon Eco dengan suara gemetar....

"Eco! Tuan Putri!"

Pintu terbuka dengan keras dan Ash masuk dengan berlari.

Silvia berbalik melihat Ass saat ia menekan Eco ke lantai.

"Tunggu Ash! Aku tidak pernah memiliki niat untuk menyakiti Eco! Aku hanya ingin bertanya ke Eco tentang hal itu... benar kok!"

"Tapi, Tuan Putri tidak bertindak seperti biasanya. Meski begitu, Eco adalah Pal saya, saya tidak akan memaafkan siapapun yang mencoba untuk menyakitinya, meskipun itu Tuan Putri."

Setelah Ash bergumam sedih, ia menunjukkan lengan kiranya yang tertutup perban.

Silvia tahu bahwa Ash mempunyai Seikoku besar yang tidak normal yang di tutupi perban.

"Seikoku kau...?"

Silvia kehilangan kata-katanya.

Seikoku yang tertutup perban terlihat berkedip seperti nyala lampu. Itu adalah sinya yang diberikan saat Pal berada dalam bahaya.

Sebagai contoh, meskipun Silvia tidak memiliki niat untuk menyakiti Eco, namun Eco merasa ia dalam bahaya dan mengirim sinyal bantuan ke Ash pemiliknya...

"Maaf, Eco.... Aku benar-benar menyesal. AKu benar-benar merasa bersalah untuk menakut-nakutimu... Tapi, aku punya alasan tersendiri.

Kumohon, Eco! Tolong beritahu ku demi persahabatan kita!"

Silvia memaksa Eco untuk menjawab.

"...Eco?"

Eco tidak menjawab. Ketika Silvia bingung, Eco telah dikelilingi oleh sinar cahaya.

"Hei, Eco! Apa yang terjadi?"

Eco masih tidak menjawab. Saat ini, Eco seperti boneka, tidak ada ekspresi.

Bahkan matanya tidak mencerminkan apa-apa.

"Urg...!"

Detik berikutnya, Silvia terlempar oleh angin kencang.

"Tuan Putri!"

Bersamaan Ash berteriak, tubuh Silvia terbentur ke dinding. Ia hampir tidak bisa bernapas karenanya.


Part 9

"Tuan Putri!"

Tepat ketika Ash mencoba untuk membantu Silvia, Cosette tiba.

"Saya akan mengurus Tuan Putri, Ash-sama, tolong Eco-chan! Ini bukanlah hal untuk ditertawakan!"

Suara Cosette tampaknya lebih serius dan gugup dari biasanya.

"Ya!"

Ash langsung berlari menuju Eco.

Seikokunya mulai terasa menyakitkan.

Ia ingat perasaan itu.

Ia memiliki perasaan yang sama ketika Eco berubah di ibukota, Fontaine.

Meskipun rasa sakitnya tidak sekuat waktu itu, Ash tahu bahwa ini adalah tanda perubahan Eco menjadi Naga.

Eco berdiri perlahan-lahan sambil menjatuhkan bonekanya ke lantai.

Sebenarnya ia tidak berdiri.

Ada celah di antara kakinya dan lantai.

Ia benar-benar mengambang...!

Tubuhnya dikelilingi oleh cahaya misterius yang begitu terang meski mereka tidak bisa melihatnya langsung.

Namun, Ash terus bergerak maju.

"Berhenti, Eco! Jika kau berubah  di sini..."

Dalam kasus terburuk, gedung Epona akan hancur. Tidak, bahkan bisa berhubungan dengan kelangsungan hidup kota....

Eco telah lama dicap sebagai unsur yang berbahaya oleh banyak pemerintahan negera. Alasan mengapa Mirabel dikirim untuk menjadi direktur

akademi adalah untuk mengawasi Eco.

Jika ia berubah menjadi naga sekarang...!

Ash bergerak maju tanpa memikirkan apapun dan memeluk Eco.

Sihir dalam jumlah besar keluar dari tubuh mungilnya. Jika ia ceroboh, ia bahkan akan ditelan oleh sihir dan kehilangan kesadaran.

Ash berteriak dengan sekuat tenaga ke telinga Eco.

"Jadilah diri sendiri! Aku... aku suka dengan kebiasaanmu! Tidak apa-apa jika kau seperti ini! Kau tidak perlu memaksa diri untuk berubah menjadi dirimu yang sebenarnya!"

Tampaknya kata-kata Ash tersampaikan dan sihir yang mengelilingi Eco telah menghilang. Bahkan sudah tidak ada cahanya. Seikoku Ash juga

berhenti merespons.

"Kita selamat..."

Ash bernapas lega.

"...Hah?"

Eco kaget mengedipkan matanya dan bergumam.

"Apa yang telah kulakukan...? Kenapa kau...?"

Menyadari bahwa ia berada didalam pelukan Ash, Eco melompat keluar dari pelukan Ash dengan wajahnya memerah malu.


Part 10

"Aku minta maaf atas apa yang terjadi sekarang. Aku tidak pernah berpikir bahwa kau begitu banyak menentangnya.... Tidak, aku tidak harus membuat alasan. Seorang kesatria harus mengakui kesalahannya sendiri. Aku minta maaf sedalam-dalamnya!"

Setelah mereka duduk di meja makan di ruang tamu, Silvia secar tulus meminta maaf kepada Eco.

"Hmph... Aku kira ini cukup."

Keinginan Silvia untuk meminta maaf dengan menundukkan kepalanya sudah mulai membingungkan Eco. Meskipun ia masih terus protes dengan membusungkan dadanya, tapi setidaknya ia telah menerima permintaan maaf Silvia, Ash yang melihat itu bernapas lega.

"... Karena semuanya telah diselesaikan, perkenankan aku untuk bertanya. Bagaimana bisa boneka itu ada di tanganmu?"

Pertanyaan Silvia telah membuat Eco mau marah lagi.

"Ha? Kau... Sudah minta maaf namun masih ingin bertanya?"

"Aku minta maaf karena menyelesaikan masalah ini dengan kekerasan. Aku berjanji bahwa kali ini, aku tidak akan mencoba bertanya dengan paksaan. Tapi sebagai balasannya, aku akan terus bertanya sampai kau menjawab. Ingat, aku akan terus bertanya."

Silvia cukup keras kepala. Ia bahkan tersenyum ke arah Eco dengan penuh keyakinan di wajahnya.

"Aku tidak percaya itu...."

Eco mendesah.

"Maaf, Eco-chan."

Pada saat itu, Cosette kembali dari dapur dengan nampan perak penuh dengan makanan ringan dan teh.

"Mainan yang Eco-chan pegang sekarang.... Mungkin dahulu milik Tuan Putri."

"Bagaimana bisa...?"

Sementara ia terkejut, Eco menggigit crepe rasa vanila yang diberikan Cosette. Jika itu Eco yang biasanya, ia pasti akan berteriak 'maknyus!' pada gigitan pertama. Tapi sekarang, ia berpenampilan serius. Seperti yang diharapkan, Eco bahkan tidak bisa menikmati makanan favoritnya dengan benar.

"Benar yang Cosette katakan. Mainan itu ternyata sebuah hal yang penting bagiku saat aku masih kanak-kanak."

Silvia berbicara dengan tenang seolah-olah ia sedang mencoba untuk mengajarkan seorang anak yang tidak tahu apa-apa.

"Ha? Itu tidak mungkin! Aku jadi tidak mengerti!"

Eco menempatkan kembali crepe yang baru setengah dimakan di piringnya. Ash terkejut bahwa Eco memprioritaskan argumen daripada crepenya.

"Aku tahu iru saat aku melihatnya. Hanya ada satu boneka ini di seluruh dunia. Ini adalah mainan yang sangat penting."

"Bagaimana bisa kau berkeyakinan seperti itu?"

"Kau bahkan tidak tahu nilai dari mainan itu. Siapa saja yang mengetahui nilainya akan langsung mengenalinya pada saat mereka pertama kali melihatnya."

"Arrrrrgggghhh! Penjelasan itu benar-benar tidak dapat diterima!"

Eco sekali lagi marah, tapi setidaknya Silvia tahu batasannya. Berkat itu, suasana tidak berubah menjadi lebih buruk daripada ini... Ash diam-diam berpikir.

"Ayolah kalian berdua..."

Cosette sama sekali tidak bermasalah. Ia tampaknya menikmatinya.

"Haa... Sepertinya aku tidak punya pilihan."

Ash mendesah.

"Tolong dengarkan dengan seksama, Tuan Putri. Boneka itu ada di lemari saya. Saya memberikannya ke Eco karena ia tampak menyukainya."

"Hey! Mengapa kau mengatakan itu padanya?"

Eco mencaci Ash dengan wajah merahnya.

"Apa lagi yang bisa saya lakukan? Jika saya tinggalkan kalian berdua, hal ini akan terus berulang lagi dan lagi."

"Aku... ingin menjadi rahasia antara kita berdua."

Guamaman Eco menarik perhatian Ash.

"Apa katamu?"

"T-tidak! Aku bahkan tidak tahu kau!"

Eco menghindari wajah marahnya. Kenapa dia harus marah...? Ash bertanya-tanya.

Di sisi lain, SIlvia menatap Ash.

"Ash... Kau berkata bahwa mainan ini ada di lemarimu?"

"Yah sepertinya."

Ash mengangkat bahunya.

"Sebenarnya, saya tidak benar-benar jelas tentang hal itu. Percaya atau tidak, ada memori yang hilang dalam kenangan saya... Saya bahkan tidak tahu bagaimana bisa mainan itu saya miliki. Saya bahkan tidak tahu tentang nilainya jika bukan karena Cosette."

Silvia menatap Ash begitu tajam seolah-olah ia menembus lubang di dahinya. Ia kemudian mengajukan pertanyaan aneh.

"Kapan hari ulang tahunmu?"

"Hah? Hari ketiga bulan Aries...Ada apa dengan itu?"

Setelah Ash menjawab dengan jujur, Cosette berbicara dengan nada kaget:

"Oh, suatu kebetulan. Tuan Putri juga lahir di bulan Aries. Ngomong-ngomong, ia di hari ketujuhnya."

"Hmmm.... Itu baru pertama kali saya mendengarnya."

"Huhu... Jadi Ash-sama lebih tua empat hari ya."

"I-itu... bukan..."

"Ash!"

Silvia tiba-tiba bersandar padanya, Ash bisa melihat payudaranya yang ditutupi kain tipis pakaian musim panas.

"Tuan Putri?"

"Meskipun ini tiba-tiba, tetapi apa kau masih ingat tanggal kau pergi untuk melakukan Upacara Orphan?"

"Errr... aku tidak begitu ingat tentang rinciannya, tetapi itu tidak boleh jauh dari ulang tahun saya yang ketujuh. Karena kampung halaman saya berada di sebuah desa yang jauh, saya memulai perjalanan saat berusia enam tahun. Aku ingat bahwa aku berulang tahun yang ke tujuh di kereta kuda."

Begitu mereka berusia tujuh tahun, setiap warga Negara Kesatria harus mengunjungi Hutan Albion.

Untuk Ash, jika ia berangkat setelah ia berulang tahun yang ketujuh, ia tidak akan pernah bisa tiba di Hutan Albion dalam waktu sebulan.

"Ngomong-ngomong, ada apa dengan tanggal keberangkatan saya ke Upacara Orphan?

"...Tidak, tidak ada. Aku punya sesuatu hal yang ingin kubicarakan dengan Cosette. Silahkan tinggal disini sebentar."

Silvia tiba-tiba berdiri dan menyeret Cosette dengan tangannya."

"Tuan Putri aneh."

Ash mengambil cangkir dan meminum teh merah.


Part 11

Setelah ia memasuki ruang make up, dengan 'Ahem', ia berdehem.

"Apa yang ingin anda bicarakan, Tuan Putri?"

"Tentang itu..."

"Ini tidak seperti sesuatu yang mudah>"

Karena ia telah lama dengan Silvia, Cosette segera tahu apa yang dipikirannya.

"Aahh.. itu benar."

"Saya akan melakukan semua yang anda perintahkan jika itu masih dalam kemampuan saya untuk melakukannya. Jika situasi diperlukan, saya

bahkan bisa menjadi anggota badan Tuan Putri atau bahkan perisai anda... Itu tugas saya."

Silvia membulatkan tekad dan mengatakan keinginannya.

"Sebenarnya, aku ingin kau kembali ke istana dan menyelidiki daftar nama anak-anak yang pergi ke Upacara Orphan di hari yang sama dengan ku. Ini buatmu hal yang mudahkan, ya kan?"

Namun, jawaban Cosette ke SIlvia adalah sesuatu diluar imajinasinya.

"Catatan Upacara Orphan adalah rahasia negara. Bahkan jika anda seorang Putri, anda akan melanggar hukum dengan mencoba menyelidiki hal itu."

"Kemudian, kau akan menghindarinya. Ku mohon, aku hanya bisa menaruh harapan padamu. Dengan kemampuanmu membaca dokumen rahasia seharusnya tidak masalah, kan?"

"Itu tidak terdengar baik, Tuan Putri. Kemampuan saya adalah teknik kuno yang diturunkan dalam keluarga Shelly dan beberapa teknik mata-mata. Kesemuanya digunakan untuk melindungi keluarga Lautreamont."

"Aku mengerti, tapi...!"

Silvia meraih bahu Cosette dan menatapnya dengan mata birunya.

"Tentu saja saya akan melakukannya jika ini adalah perintah anda. Tapi, apa yang akan anda lakukan jika Ash-sama benar-benar anak itu?"

Wajah Silvia hampir meledak.

"A-aku hanya ingin tahu tentang hal itu! Itu benar, aku hanya ingin tahu tentang kebenaran!"

Cosette tersenyum kecut.

"Hmm... Disamping itu, selama saya tidak ada, ketika sudah malam dan Eco telah tertidur, bukankah kalian hanya berduaan saja?"

"Ketika sudah malam.... Kami berdua....!?"

Kali ini, uap muncul dari telinganya. Jantungnya berdebar tanpa henti.

"Aaa-apa yang kau katakan! Apa kau tidak punya rasa malu! Tak tahu malu! Aku... Aku percaya bahwa Ash bukan orang yang hina! Itulah mengapa

tidak ada tempat untuk pertanyaanmu!"

Silvia membentak dan Cosette mengangguk.

"Saya juga punya perasaan yang sama."

"Lalu kenapa repot-repot bertanya!"

Cosette tersenyum dan mengambil sesuatu. Itu adalah tumpukan kertas yang telah diklip.

"Apa itu?"

"Huhu... salinan dari 'rahasia keluarga Shelley. Sebuah resep untuk membuat orang bermimpi'. Meskipun saya ingin menggunakannya selama musim panas ini untuk mengajar Tuan Putri beberapa masakan... Tapi ini kesempatan yang baik untuk mencobanya. Meskipun Tuan Putri tidak memiliki pengalaman yang sebenarnya, tetapi bukankah ini kesempatan yang baik untuk menunjukkan ketrampilan memasak Anda ke Ash-sama?"

Silvia merasa seolah-olah tubuhnya terbakar.

"Tunggu dulu! Mm-mengapa aku harus menunjukkan ketrampilan memasak kepada Ash?"

"Kalau saya tidak salah, motto keluarga Lautreamont itu menyebutkan bahwa 'untuk menembak seorang Jenderal anda harus terlebih dahulu menembak kudanya', aku benar kan?"

"Apa hubungannya?"

"Motto keluarga Shelley, ada sesuatu seperti ini:."untuk mendapatkan pria yang anda suka, anda harus mengisi perutnya terlebih dahulu'"

"Motto keluarga apaan itu?"

"Huhu... Ketika perut Ash-sama kosong, dan Tuan Putri memberinya masakan buatan sendiri, ia pasti akan jatuh cinta dengan anda."

".... Jatuh cinta denganku?"

Cosette berbisik seperti itu ke telinga Silvia.

"Ketika seorang Putri tidak terlihat seperti ia bisa memasak, pria mana yang tidak akan tergerak karena itu?"

"Hentikan bualanmu! Aku tidak pernah ingin Ash untuk memperhatikanku! Tidak pernah! H-hanya saja aku punya beberapa kepentingan dalam memasak sejak lama. Aku akan menerima tawaranmu karena ini."

Cosette menyerahkan resep sambil tersenyum.

"Sekarang, saya telah menerima perintah dari Tuan Putri dan saya akan segera berangkat dari Ansarivan."

"Hah? Segera?"

"Lebih baik jika kita bertindak cepat, Tuan Putri."

Cosette mengangkat roknya sedikit dan membungkuk dengan anggun.

TIba-tiba, seperti kabut, Cosette menghilang dari pandangan Silvia seperti penyihir.

"H-hey! Cosette? Apakah kau benar-benar ingin pergi sekarang?"

Silvia menjadi khawatir ketika ia mendengar tidak ada jawaban.

"Tunggu sebentar, Cosette! Kau harus membantuku untuk menyiapan mental sebelum...!"

Silvia melihat sekeliling ruangan dengan air mata di matanya. Sepertinya Cosette telah benar-benar pergi.

"Tsk... Dia tidak pernah sungguh-sungguh!"

Setelah Silvia bergumam dalam penyesalan, ia melihat dalam-dalam di resep yang diberikan padanya.



"Mainan Boneka Naga ~ ASB1365.8 ~" ditutup.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »